Kabupaten Kendal, sebuah Kabupaten yang menyimpan kekayaan yang sangat luar biasa. Tak hanya kaya akan wisata alamnya saja, tetapi Kabupaten Kendal juga kaya akan seni dan budayanya. Sayangnya potensi ini belum digarap serius oleh pemerintah setempat. Jadi meskipun dunia sudah serba digital tetapi masih banyak orang yang belum tahu tentang keberadaan tanah kelahiran ku ini, sering kali banyak teman-temanku yang dari luar daerah bertanya dari mana asal ku, ketika aku menjawab "Aku dari Kabupaten Kendal". Mereka pun sontak seakan masih bingung dimana letak Kabupaten Kendal.
Meskipun demikian, aku tetap bangga lahir dan besar di Kabupaten Kendal. Dan rasa bangga itu aku wujudkan dalam bentuk tulisan lewat blog dan aku promosikan lewat media sosial bahwa Kabupaten Kendal adalah sebuah Kabupaten kecil di Provinsi Jawa Tengah yang pesona wisata nya sangat indah dan masyarakatnya sangat ramah. Kali ini aku sangat bahagia karena akhirnya banyak teman-temanku dari berbagai daerah tahu dan datang ke Kabupaten kelahiran ku untuk menyaksikan salah satu seni budaya yang ada di Kabupaten Kendal yaitu " Festival Drumblek Pacific Paint 1 di Kampung Ragam Warna ".
Lokasi Kampung Ragam Warna
Kampung Ragam Warna adalah salah satu kampung yang begitu elok dan kaya akan seni budaya. Kampung ini berada di Dusun Mranggen Desa Kutoharjo Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal. Jaraknya kurang lebih 20 km dari rumahku. Untuk menuju ke Kampung Ragam Warna ini sangatlah mudah karena letaknya yang dekat dengan Masjid Agung Al Muttaqin Kaliwungu. Jika kalian menggunakan kereta api bisa turun di Stasiun Weleri lalu lanjut naik bus dan turun di depan Masjid Agung Al Muttaqin Kaliwungu, lalu bisa dilanjutkan dengan jalan kaki sekitar 750 meter atau bisa juga naik ojek.
Sejarah Kampung Ragam Warna
Siapa sangka kalau Kampung Mranggen sebelum berubah menjadi kampung yang asri penuh warna-warni, dulunya adalah kampung yang kumuh dan banyak orang yang tahu. Aku saja sebagai warga Kabupaten Kendal baru tahu kampung ini setelah kampung ini berinovasi menjadi Kampung Ragam Warna yang penuh pesona. Dan sampai saat ini aku sudah beberapa kali datang ke sini.
Aku dan Bu Wiwik (Inspirator Kampung Ragam Warna) |
Inilah dia, Ibu Wiwik Wijayanti sang inspirator Kampung Ragam Warna. Beliau adalah warga asli Dusun Sabrang Lor Desa Kutoharjo yang sangat peduli dengan lingkungan dan budaya. Awalnya beliau ingin menjadikan kampungnya sendiri yaitu Kampung Sabrang Lor sebagai kampung tematik budaya yang asri nan berseri.
Akan tetapi niat baiknya tak selalu bisa diterima oleh semua orang, dan usaha Bu Wiwik untuk menjadikan kampungnya sebagai kampung pusat seni dan budaya Kaliwungu tak membuahkan hasil, karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan dan seni budaya. Meskipun belum berhasil tetapi beliau tidak patah semangat.
Bersama suaminya yaitu Bapak Bambang Yogi, akhirnya Bu Wiwik memilih Kampung Mranggen, salah satu kampung yang yang masih berada dalam lingkup Desa Kutoharjo Kecamatan Kaliwungu untuk dijadikan sebagai kampung pusat seni dan budaya Kaliwungu supaya seni dan budaya Kaliwungu tetap lestari.
Niat baik Bu Wiwik dan Pak Yogi pun disambut baik oleh warga Kampung Mranggen, akhirnya berkat kerja keras sang inspirator Kampung Ragam Warna dan semangat gotong royong warga Kampung Mranggen, maka terwujudlah Kampung Ragam Warna yang diresmikan oleh Bupati Kendal yaitu Ibu dr. Mirna Annisa M.Si pada tanggal 9 Mei 2019.
Nama Kampung Ragam Warna ini mempunyai makna kampung yang beraneka ragam warnanya, karena semua rumah dan jalan di Kampung Ragam Warna ini dicat warna-warni oleh warganya sendiri dengan menggunakan cat Pacific Paint. Tak hanya karena penuh warna-warni saja, Kampung Ragam Warna juga mempunyai makna kampung yang beraneka ragam seni dan budayanya.
Kamar Mandi Umum yang penuh warna |
Di Kampung Ragam Warna ini mata kalian akan tertuju pada warna-warni dan beraneka ragam mural yang menghiasi dinding rumah warga, kampung yang tak begitu luas karena hanya 2 RT saja dan hanya dihuni oleh 100 kepala keluarga. Kampung ini sangat unik dan kreatif karena semua sudutnya sangat instagramable. Bahkan tak ada satupun sudut yang tak berwarna, mulai jalan, dinding, atap, pintu, jendela hingga kamar mandi umum pun berwarna-warni.
Sebenarnya kampung dengan corak warna-warni seperti ini sudah ada di beberapa kota, seperti Kampung Kali Code di Yogyakarta, Kampung Jodipan Di Malang, Kampung Pelangi di Semarang dan masih banyak lagi. Namun Kampung Ragam Warna ini tak seperti kampung warna-warni pada umumnya karena Kampung Ragam Warna mempunyai keunikan yang terletak pada beraneka ragam seni dan budayanya.
Kampung Ragam Warna menjadi sebuah kampung yang mampu menggerakkan perekonomian warganya. Mayoritas warga di Kampung Ragam bekerja sebagai buruh pabrik yang gajinya hanya pas-pasan, namun setelah adanya Kampung Ragam Warna penghasilan warga di sini lebih meningkat karena banyaknya wisatawan yang berkunjung ke sini sehingga banyak ibu-ibu yang sekarang berjualan makanan dan minuman di depan rumah, selain itu juga warga di sini bisa mendapatkan penghasilan tambahan dari homestay yang disewakan untuk para wisatawan.
Ragam Seni Budaya Kaliwungu di Kampung Ragam Warna
Kampung Ragam Warna yang penuh pesona ini menyimpan beraneka ragam seni budaya dan inilah yang menjadi data tarik bagi wisatawan karena di Kampung Ragam Warna para pengunjung tak hanya bisa berfoto-foto saja tetapi juga bisa belajar tentang seni budaya. Dan inilah seni budaya Kaliwungu dan kemeriahan acara Festival Drumblek Pacific Paint ke-1 di Kampung Ragam Warna :
Kesenian Payung Lukis
Salah satu seni budaya yang ada di Kampung Ragam Warna yaitu seni payung lukis. Ini adalah salah satu kerajinan tradisional khas Kaliwungu karena payung ini terbuat dari bahan-bahan tradisional seperti kayu, bambu dan kertas bekas semen. Sayang sekali saat ini keberadaan para pengrajin payung di Kaliwungu sudah sulit dijumpai, dan jumlahnya pun tinggal hitungan jari saja, salah satu pengrajin payung lukis yang masih bertahan yaitu di dekat Kampung Ragam Warna.
Belajar melukis payung |
Siang itu, Sabtu 26 Oktober 2019 di Kampung Ragam Warna tampak sangat ramai sekali, dari kejauhan terlihat banyak anak-anak kecil yang penuh ceria sambil melukis payung di halaman rumah. Aku pun penasaran untuk mencoba ikut melukis payung. Meskipun aku belum bisa melukis payung tetapi di Kampung Ragam Warna aku bisa mendapatkan ilmu tentang melukis payung dan juga mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa, yaitu bisa melatih mental dan kreatifitas. Dan pengalaman ini hanya bisa didapatkan di Kampung Ragam Warna, karena di sini sering diadakan workshop melukis payung hingga lomba melukis payung.
Siapa sangka lukisan wayang yang indah ini terbuat dari bahan-bahan hasil limbah konveksi. Namanya Kesenian Smock, sebuah kesenian membuat lukisan dengan bahan-bahan yang tidak biasa digunakan untuk melukis. Karena bahan-bahan untuk membuat seni lukis smock sangatlah sederhana yaitu dari kain perca dan lem yang dirangkai menjadi sebuah obyek yang sangat indah. Sebenarnya kesenian ini agak rumit karena menggabungkan kain perca menjadi sebuah mana karya yang begitu menawan.
Kesenian Smock ini sudah ada sejak tahun 1960-an, salah satu seniman Smock yang masih eksis yaitu Pak Mukjizat, usianya tak muda lagi namun semangatnya membuat kesenian Smock sangat luar biasa. Menurut Pak Mukjizat Kesenian Smock ini berawal dari banyaknya dekorasi menggunakan kertas bekas semen, kemudian perlahan beralih menggunakan kain perca karena mudah didapat. Dan kata Smock ini singkatan dari kata Seni Model Orang Cah Kaliwungu yang artinya karya seni yang dilakukan oleh orang Kaliwungu. Motif lukisan yang sering dibuat Pak Mukjizat yaitu motif wayang karena beliau ingin agar wayang bisa dikenal oleh anak-anak muda sehingga wayang bisa tetap lestari.
Kuliner Khas Kampung Ragam Warna
Sumpil (Kuliner Khas Kaliwungu) |
Setelah melihat proses membuat Smock, aku pun melanjutkan menyusuri jalan di Kampung Ragam Warna. Dan terlihat ada rombongan ibu-ibu yang sedang membuat sumpil di depan rumah salah satu warga. Aku pun mendekat dan ikut menyaksikan proses pembuatan sumpil. Apa itu Sumpil ? Sumpil adalah kuliner yang terbuat dari beras, kemudian dibungkus menggunakan daun bambu dan dibentuk segitiga. Biasanya sumpil dimakan dengan sambal parutan kelapa.
Jadi Indonesia memang layak mendapatkan predikat surganya kuliner dunia. Karena Indonesia mempunyai kuliner yang lezat dan beraneka ragam. Salah satu kuliner tradisional khas Kaliwungu yang masih dilestarikan oleh masyarakat Kampung Ragam Warna yaitu Sumpil. Karena kuliner yang satu ini adalah warisan dari nenek moyang. Di sini kita tak hanya bisa menikmati kuliner sumpil saja, tetapi kita juga bisa belajar membuat sumpil bersama ibu-ibu di Kampung Ragam Warna.
Tari Sufi dan Rebana
Tari Sufi |
Tari Sufi dan Rebana seakan sudah melekat dengan Kaliwungu, karena Kaliwungu terkenal sebagai Kota Santri. Dimana terdapat puluhan pondok pesantren yang berjejer-jejer dan ada ribuan santri dan santriwati dari berbagai daerah yang mencari ilmu di Kaliwungu. Kampung Ragam Warna yang letaknya tekan dengan pondok pesantren, membuat Kampung ini selalu ramai dilewati para santri yang ingin berziarah ke kawasan WALIKU.
Karena di atas Kampung Ragam Warna ada sebuah kawasan WALIKU (Wisata Alam, Religi dan Kuliner) di Kawasan WALIKU ini ada beberapa makam para ulama' yang sangat berpengaruh dalam penyebaran agama islam di Kaliwungu diantaranya K.H Asy'ari (pendiri Masjid Agung Kaliwungu), K.H Musthofa, K.H Musyafa' K.H Abu Chaer dan ada juga makam Bupati Kendal ke - 38 yaitu Drs. H Djomafi dan makam Wali Hasan Abdullah ( Eyang Pakuwojo)
Rebana Al Badar |
Para penonton terkesima saat melihat penampilan dari grup rebana Al Badar dan tari sufi. Tari yang dilakukan oleh beberapa anak muda ini sebenarnya berasal dari Turki dan di perkenalkan oleh Maulana Jalaluddin Rumi. Tari ini diciptakan sebagai wujud ekspresi cinta, kasih dan sayang yang maha tinggi dari seorang hamba kepada Allah. Teknik tarian ini dimulai dengan membaca doa dan berputar berlawanan dengan arah jarum jam dengan diiringi alunan musik rebana.
Tak terasa waktu berganti petang, tetapi suasana di Kampung Ragam Warna tetap ramai dan penuh dengan kemeriahan. Karena malam itu acara masih akan berlanjut dengan berbagai penampilan kesenian yang akan menghibur para pengunjung. Tepat pukul 20.00 wib acara dimulai kembali, ratusan pengunjung sudah memadati depan panggung utama. Dan malam itu diawali penampilan tari tradisional dari group Mellow Kampung Ragam Warna. Dilanjutkan penampilan yang tak kalah meriah dari group rebana modern SENADA (SD N 2 Nolokerto Kaliwungu). Ada yang unik dari group rebana ini karena tak hanya menggunakan alat-alat rebana dan alat modern tetapi group rebana ini juga menggunakan alat-alat musik tradisional Jawa.
Malam itu benar-benar membuatku sangat bahagia karena bisa menyaksikan kesenian Kaliwungu yang sangat memesona. Terlihat juga raut bahagia dari wajah para penonton. Malam itu sungguh penuh kebersamaan seakan tidak ada yang membedakan antara hitam ataupun putih. Acara semakin meriah tatkala hiburan yang paling ditunggu-tunggu yaitu group musik "DAUN BAMBU" salah satu group musik reggae asli Kaliwungu yang sudah sangat populer baik di Kendal ataupun luar kota. Para penonton pun sangat antusias dan terhibur oleh penampilan group musik Daun Bambu ini.
Festival Drumblek 2019
Tak terasa waktu pagi pun tiba, ketika aku masih di penginapan, beberapa pemuda Kampung Ragam Warna memanggil para peserta untuk sarapan, warga di sini memang sangat ramah-ramah sehingga membuat betah. Dan di hari kedua ini akan ada Festival Drumblek Pacific Paint 2019. Seperti tahun sebelumnya, Festival Drumblek ini adalah acara yang paling ditunggu-tunggu karena Drumblek adalah salah satu kesenian yang sangat populer.
Kesenian Drumblek ini awalnya adalah budaya membangunkan orang sahur pada bulan Ramadhan, hampir semua desa di Kaliwungu mempunyai kesenian drumblek. Dan alat-alat yang digunakan pun sangat sederhana yaitu perabotan rumah tangga yang sudah tidak dipakai, seperti tong sampah galon air, panci, ember dan masih banyak lagi. Meskipun menggunakan alat-alat sederhana tetapi bunyi suara yang dihasilkan sangat merdu berirama.
Festival Drumblek Pacific Paint ke-1 ini sangat meriah sekali karena diikuti oleh puluhan group Drumblek dari berbagai daerah di Kabupaten Kendal, tak hanya menampilkan irama musik yang kompak tetapi mereka juga menggunakan berbagai macam kostum yang unik dan menarik. Dan Festival Drumblek Pacific Paint ke-1 ini dimenangkan oleh group Drumblek dari Desa Sukomulyo yaitu group Cobra.
Kesenian Lukis Ampas Kopi |
Dan keseruan acara Festival Drumblek 2019 tak sampai disitu saja, pagi itu juga ada Workshop Melukis Ampas Kopi. Kedengarannya agak aneh tetapi ketika mendengarnya, tapi siapa sangka di tangan mas Andre Himawan sebuah ampas kopi yang biasanya dibuang kini disulap menjadi sebuah seni yang sangat menawan. Dan untuk membuat lukisan ampas kopi ini tidak menggunakan kopi sachetan tetapi menggunakan kopi khusus agar hasilnya bisa maksimal.
Dan itulah kemeriahan Festival Drumblek Pacific Paint ke-1 di Kampung Ragam Warna. Rasanya sangat senang sekali bisa menginap dia hari di Kampung Ragam Warna sambil belajar seni budaya Kaliwungu, berbaur dengan warga lokal yang sangat ramah membuat acara ini sungguh berkesan dan susah untuk dilupakan.
16 Komentar
Haha, kupikir smock itu diambil dari bahasa asing mas Zain. Rupanya singkatan toh ya..
BalasHapusSaya setuju kampung ragam warna memang sangat kreatif dan menarik. Banyak sekali kreativitas yang dapat kita nikmati di sana..
Jadi pingin buat di kampung sendiri, tp kok saya kehabisan tenaga ya hehe,, keren ulasan ttg Kampung Ragam Warna nya, Mas. Cb se-Indonesia org²nya kreatif Indonesia jd berwarna-warni indahnya.
BalasHapusKenaren saya sepertinya ngeliat ttg kampung ini de di youtubenya noona rossa.
BalasHapusKampung yg sama apa gak ya...? 🤔
Kampung yang seru dan unik, sebenarnya udah banyak kampung seperti ini, tapi disini selain ragam warna dari pengecatan rumahnya dengan aneka warna, kebudayaannya pun beragam, ternyata ada tarian sufi aja yang hanya ada di acara timur tengah gitu.
BalasHapusIni memang namanya pas sekali, Mas Zain. Kampung Ragam Warna. Tidak hanya karena kampung berwarna-warni cat-nya, tapi juga beragam hal ada di kampung ini. Jadi mupeng pengin ke sana.
BalasHapusApalagi lihat kesenian Smock-nya. Pasti keren sekali kalau dilihat langsung.
Kayaknya kalau saya ke sini, dijamin akan langsung penuh memori. Karena keceh semua hehehe
MasyaAllah, cakep bener kampung ragam warna ini bang, apalagi ditunjang dengan pertunjukan kebudayaan khas di sana. Semoga bakalada di kota saya yang seperti itu, biar gak kejauhan kalau mau berkunjung.
BalasHapushwiiih kereeeen. membayangkan semua wilayah, mandiri dalam pemberdayaan warga dan lingkungannya. keren. pemerintah pusat tinggal koordinasi, ga terlalu diriweuhkan daerah.
BalasHapusKeren ih, suka iri kalau liat wilayah yang rapi dan indah gini. O ya, kalau denger kata Kendal langsung inget slogan "tak Kendal maka tak sayang" hihi
BalasHapusInspiratornya gigih banget, ya. Pastinya tantangan dari banyak pihak terutama warganya sendiri. Idenya pun kreatif banget. Nggak hanya sekedar mengecat berwarna-warni, tapi juga konsisten menyuguhkan sajian bernuasa semi dan budaya yang nggak membosankan untuk dinikmati.
BalasHapusBetul nih, kampung ini gak cuma menjual warna warni rumahnya aja, tapi juga menjual budaya ya. Sumpil itu aku blm pernah dgr mas. Tapi menarik ya. Kadang kita kesulitan kan mencari jajanan jadul. Klo disediakan di kampung ini jd jujukan
BalasHapusSesuai namanya, kampung ini benar-benar ragam warna ya.. Sekarang emang lagi ngehits kampung-kampung full colour gini. Tapi menurut saya, warna kampung ini cukup enak dipandang sih...gak norak dan terlalu ramai gitu warnanya.
BalasHapusSetiap kali membaca tentang kampung ragam warna, saya selalu terkesima, itu loh, bangunan, dan kehidupan disana yang colorful, jadi menarik buat dikunjungi
BalasHapusOrang orang kayak bu Wiwik ini perlu diperbanyak agar banyak kampung kampung yang makin indah dan mandiri.
BalasHapusSalut!
Sekarang main banyak ya kampung dengan warna2 gtu tapi yang penting sih punya ciri khas tersendiri ya jd ada yang ditonjolkan dan bikin beda :D
BalasHapusMenarik juga nih bikin payung lukis sebagai kerajinan khas sana ya. Saya baru tau soal smock kyknya butuh kreativitas tinggi bikinnya.
Aku sudah curiga kalau SMOCK itu akronim. Wkwkwk. Karena... kerajinan smock ada sendiri dan jeas bukan seperti itu. Yang itu kumasukkan ke seni decoupage tapi dengan cara yang berbeda.
BalasHapusKapan2 aku diajak ke Kampung Ragam Warna, ya
Coba itu temen-temen yang belum tau Kendal dikasih link artikel ini. Kuyakin pasti mereka pengen dateng ke Kendal.
BalasHapusSalut sama warga Kampung Ragam Warna yang kompak dan niat mengelolanya menjadi destinasi wisata zaman now.