Kabupaten Klaten selalu memberikan pengalaman dan kenangan manis bagi siapa saja yang mengunjungi nya. Karena Kabupaten Klaten tak hanya kaya akan destinasi wisata alam saja, tetapi juga kaya akan destinasi wisata edukasi yang bisa memberikan ilmu yang sangat berharga yang tidak bisa kita pelajari di bangku sekolah atau pun kuliah.
Di Kabupaten Klaten Jawa Tengah ini terdapat banyak sekali desa wisata yang mempunyai daya tarik yang sangat menarik, desa wisata di Kabupaten Klaten juga sangat bervariatif, mulai dari desa wisata penghasil batik, lurik, gerabah, payung lukis dan masih banyak lagi, jadi kalau kalian berkunjung ke Kabupaten Klaten jangan hanya mampir ke tempat wisata saja, tetapi juga mampirlah ke desa wisata.
Lokasi Desa Wisata Melikan
Ada apa saja di Desa
Wisata Melikan ?
Ternyata Desa Wisata Melikan ini adalah sentra pengrajin gerabah di Kabupaten Klaten, setelah memasuki gerbang Desa Wisata Melikan, kita akan melihat toko -toko penjual gerabah yang berjejer di sepanjang pinggir jalan. Berbagai macam bentuk gerabah menghiasi sepanjang jalan menuju Bayat.
Meskipun
secara administratif Desa Wisata Melikan masuk dalam Kecamatan Wedi, tetapi
gerabah disini lebih sering disebut sebagai gerabah Bayat. Menurut masyarakat
sekitar, adanya tradisi pembuatan gerabah di Desa Wisata Melikan ini tak
terlepas dari peran Sunan Panandaran atau yang sering juga disebut Sunan
Tembayat (Pangeran Mangkubumi). Beliau adalah putra dari Ki Ageng Pandan Arang
(Bupati pertama Semarang).
Hampir
sebagian besar pengrajin gerabah di Desa Wisata Melikan ini berada di Dusun
Pagerjurang. Setelah memasuki gapura Dusun Pagerjurang, kita akan
melihat berbagai macam bentuk gerabah baik yang sudah jadi atau pun yang sedang
dalam proses pembuatan. Dan salah satu keunikan gerabah di Desa Wisata Melikan
ini yaitu cara pembuatan nya menggunakan teknik putaran miring, karena pada
umumnya di daerah lain dalam pembuatan gerabah menggunakan roda putar datar.
Sejarah Menggunakan Teknik Putaran Miring
Dan kenapa bisa dinamakan teknik putaran miring? Karena dahulu pengrajin gerabah ini mayoritas perempuan, yang mana perempuan jaman dahulu masih memakai pakaian adat jawa yaitu kebaya dan kain jarik. Karena orang jawa terkenal akan kesopanan nya maka dalam pembuatan gerabah mereka masih tetap menjunjung tinggi nilai kesopanan dengan cara duduk miring atau tidak membuka paha (ngangkang) dalam bekerja.
Ditambah lagi dengan cara duduk miring tadi ternyata juga menambah kemudahan bagi para perempuan yang memakai jarik karena mereka tak perlu repot menekuk kakinya sehingga disebut teknik putaran miring. Itulah filosofi teknik putaran miring yang lahir dari kebudayaan dan adat istiadat setempat, meskipun saat ini banyak pengrajin perempuan yang tidak memakai kain jarik tetapi teknik putaran miring ini masih dilestarikan hingga sekarang.
Keunikan
teknik putaran miring ini ternyata membuat penasaran seorang Profesor dari
Jepang yaitu Prof. Kawasaki, beliau adalah alumnus Jurusan Patung dari Kyoto
City College of Art dan juga seorang dosen di Fakultas Seni Kyoto Seika
University.
Dan akhirnya
beliau tertarik membuat sebuah laboratorium gerabah di Desa Wisata Melikan ini.
Selain bisa berbelanja gerabah, di Desa Wisata Melikan ini kita juga
bisa melihat langsung proses pembuatan gerabah dan juga bisa belajar langsung
membuat gerabah. Untuk biaya membuat gerabah sekitar Rp.10.000 –
Rp.20.000/orang dan hasilnya bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan.
0 Komentar